HAKEKAT PUASA
Para pembaca buletin At Tauhid yang semoga selalu
mendapatkan rahmat Allah Ta’ala. Alhamdulillah saat ini kita
telah berada di pertengahan bulan Sya’ban. Tidak terasa bulan yang penuh berkah
sebentar lagi akan hadir di tengah-tengah kita. Bulan yang setiap muslim
nantikan karena berbagai keutamaan yang ada di dalamnya. Insya Allah mulai
edisi kali ini sampai beberapa edisi mendatang, kami akan memandu pembaca
sekalian untuk memahami hal-hal yang berkaitan dengan puasa Ramadhan. Namun
tentu saja kami hanya bisa menyajikan dengan pembahasan yang ringkas. Semoga
Allah memudahkan urusan ini. Allahumma yassir wa a’in (Ya Allah,
mudahkanlah dan tolonglah kami).
Dari Abu
Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap
amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipat gandakan dengan
sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala
berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah
untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan
syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua
kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika
berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di
sisi Allah daripada bau minyak kasturi”.” (HR. Muslim no. 1151). Dalam
riwayat lain dikatakan, “Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Setiap
amalan manusia adalah untuknya kecuali puasa. Amalan puasa adalah untuk-Ku”.” (HR.
Bukhari no. 1904). Dalam riwayat Ahmad dikatakan, “Allah ‘azza wa jalla
berfirman (yang artinya), “Setiap amalan adalah sebagai kafaroh/tebusan kecuali
amalan puasa. Amalan puasa adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan
membalasnya”.” (HR. Ahmad. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad
hadits ini shahih sesuai syarat Muslim).
Pahala yang Tak Terhingga di Balik Puasa
Dari
riwayat pertama, dikatakan bahwa setiap amalan akan dilipatgandakan sepuluh
kebaikan hingga tujuh ratus kebaikan yang semisal. Kemudian dikecualikan amalan
puasa. Amalan puasa tidaklah dilipatgandakan seperti tadi. Amalan puasa tidak
dibatasi lipatan pahalanya. Oleh karena itu, amalan puasa akan dilipat gandakan
oleh Allah hingga berlipat-lipat tanpa ada batasan bilangan.
Kenapa
bisa demikian? Ibnu Rajab Al Hambali –semoga Allah merahmati beliau-
mengatakan,”Karena puasa adalah bagian dari kesabaran”. Mengenai ganjaran orang
yang bersabar, Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya
hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”
(QS. Az Zumar: 10)
Sabar itu
ada tiga macam yaitu :
[1]
sabar dalam melakukan ketaatan kepada Allah,
[2]
sabar dalam meninggalkan yang haram dan
[3]
sabar dalam menghadapi takdir yang terasa menyakitkan. Ketiga macam bentuk
sabar ini, semuanya terdapat dalam amalan puasa. Dalam puasa tentu saja di
dalamnya ada bentuk melakukan ketaatan, menjauhi hal-hal yang diharamkan, juga
dalam puasa seseorang berusaha bersabar dari hal-hal yang menyakitkan seperti
menahan diri dari rasa lapar, dahaga, dan lemahnya badan. Itulah mengapa amalan
puasa bisa meraih pahala tak terhingga sebagaimana sabar.
Amalan
Puasa Khusus untuk Allah
Dalam
riwayat lain dikatakan bahwa Allah Ta’ala berfirman, “Setiap amalan
manusia adalah untuknya kecuali puasa. Amalan puasa adalah untuk-Ku”.
Riwayat ini menunjukkan bahwa setiap amalan manusia adalah untuknya. Sedangkan
amalan puasa, Allah khususkan untuk diri-Nya. Allah menyandarkan amalan
tersebut untuk-Nya.
Kenapa
Allah bisa menyandarkan amalan puasa untuk-Nya?
[Alasan
pertama] Karena di
dalam puasa, seseorang meninggalkan berbagai kesenangan dan berbagai syahwat.
Hal ini tidak didapati dalam amalan lainnya. Dalam ibadah ihram, memang ada
perintah meninggalkan jima’ (berhubungan badan dengan istri) dan meninggalkan
berbagai harum-haruman. Namun bentuk kesenangan lain dalam ibadah ihram tidak
ditinggalkan. Begitu pula dengan ibadah shalat. Dalam shalat memang kita
dituntut untuk meninggalkan makan dan minum. Namun itu dalam waktu yang
singkat. Bahkan ketika hendak shalat, jika makanan telah dihidangkan dan kita
merasa butuh pada makanan tersebut, kita dianjurkan untuk menyantap makanan
tadi dan boleh menunda shalat ketika dalam kondisi seperti itu.
Jadi dalam
amalan puasa terdapat bentuk meninggalkan berbagai macam syahwat yang tidak
kita jumpai pada amalan lainnya. Jika seseorang telah melakukan ini semua –seperti
meninggalkan hubungan badan dengan istri dan meninggalkan makan-minum ketika
puasa-, dan dia meninggalkan itu semua karena Allah, padahal tidak ada yang
memperhatikan apa yang dia lakukan tersebut selain Allah, maka ini menunjukkan
benarnya iman orang yang melakukan semacam ini. Itulah yang dikatakan oleh Ibnu
Rajab, “Inilah yang menunjukkan benarnya iman orang tersebut.” Orang yang
melakukan puasa seperti itu selalu menyadari bahwa dia berada dalam pengawasan
Allah meskipun dia berada sendirian. Dia telah mengharamkan melakukan berbagai
macam syahwat yang dia sukai. Dia lebih suka mentaati Rabbnya, menjalankan
perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya karena takut pada siksaan dan selalu
mengharap ganjaran-Nya. Sebagian salaf mengatakan, “Beruntunglah orang yang
meninggalkan syahwat yang ada di hadapannya karena mengharap janji Rabb yang
tidak nampak di hadapannya.” Oleh karena itu, Allah membalas orang yang
melakukan puasa seperti ini dan Dia pun mengkhususkan amalan puasa tersebut
untuk-Nya dibanding amalan-amalan lainnya.
[Alasan
kedua] Puasa
adalah rahasia antara seorang hamba dengan Rabbnya yang tidak ada orang lain
yang mengetahuinya. Amalan puasa berasal dari niat batin yang hanya Allah saja
yang mengetahuinya dan dalam amalan puasa ini terdapat bentuk meninggalkan
berbagai syahwat. Oleh karena itu, Imam Ahmad dan selainnya mengatakan, “Dalam
puasa sulit sekali terdapat riya’ (ingin dilihat/dipuji orang lain).”
Dari dua alasan inilah, Allah menyandarkan amalan puasa pada-Nya berbeda dengan
amalan lainnya.
Sebab Pahala Puasa, Seseorang Memasuki Surga
Lalu dalam
riwayat lainnya dikatakan, “Allah ‘azza wa jalla berfirman (yang artinya),
“Setiap amalan adalah sebagai kafaroh/tebusan kecuali amalan puasa. Amalan
puasa adalah untuk-Ku.”
Sufyan bin
‘Uyainah mengatakan, “Pada hari kiamat nanti, Allah Ta’ala akan
menghisab hamba-Nya. Setiap amalan akan menembus berbagai macam kezholiman yang
pernah dilakukan, hingga tidak tersisa satu pun kecuali satu amalan yaitu
puasa. Amalan puasa ini akan Allah simpan dan akhirnya Allah memasukkan orang
tersebut ke surga.”
Jadi,
amalan puasa adalah untuk Allah Ta’ala. Oleh karena itu, tidak boleh
bagi seorang pun mengambil ganjaran amalan puasa tersebut sebagai tebusan
baginya. Ganjaran amalan puasa akan disimpan bagi pelakunya di sisi Allah Ta’ala.
Dengan kata lain, seluruh amalan kebaikan dapat menghapuskan dosa-dosa yang
dilakukan oleh pelakunya. Sehingga karena banyaknya dosa yang dilakukan,
seseorang tidak lagi memiliki pahala kebaikan apa-apa. Ada sebuah riwayat yang
menyebutkan bahwa hari kiamat nanti antara amalan kejelekan dan kebaikan akan
ditimbang, satu yang lainnya akan saling memangkas. Lalu tersisalah satu
kebaikan dari amalan-amalan kebaikan tadi yang menyebabkan pelakunya masuk
surga.
Itulah
amalan puasa yang akan tersimpan di sisi Allah. Amalan kebaikan lain akan
memangkas kejelekan yang dilakukan oleh seorang hamba. Ketika tidak tersisa
satu kebaikan kecuali puasa, Allah akan menyimpan amalan puasa tersebut dan
akan memasukkan hamba yang memiliki simpanan amalan puasa tadi ke dalam surga.
Dua
Kebahagiaan yang Diraih Orang yang Berpuasa
Dalam
hadits di atas dikatakan, “Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua
kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika
berjumpa dengan Rabbnya.”
Kebahagiaan
pertama adalah ketika seseorang berbuka puasa. Ketika berbuka, jiwa begitu
ingin mendapat hiburan dari hal-hal yang dia rasakan tidak menyenangkan ketika
berpuasa, yaitu jiwa sangat senang menjumpai makanan, minuman dan menggauli
istri. Jika seseorang dilarang dari berbagai macam syahwat ketika berpuasa, dia
akan merasa senang jika hal tersebut diperbolehkan lagi.
Kebahagiaan
kedua adalah ketika seorang hamba berjumpa dengan Rabbnya yaitu dia akan jumpai
pahala amalan puasa yang dia lakukan tersimpan di sisi Allah. Itulah ganjaran
besar yang sangat dia butuhkan.
Allah Ta’ala
berfirman (yang artinya), “Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk
dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan) nya di sisi Allah sebagai balasan yang
paling baik dan yang paling besar pahalanya.” (QS. Al Muzammil: 20)
Bau
Mulut Orang yang Berpuasa di Sisi Allah
Ganjaran
bagi orang yang berpuasa yang disebutkan pula dalam hadits di atas , “Sungguh
bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.”
Seperti
kita tahu bersama bahwa bau mulut orang yang berpuasa apalagi di siang hari
sungguh tidak mengenakkan. Namun bau mulut seperti ini adalah bau yang
menyenangkan di sisi Allah karena bau ini dihasilkan dari amalan ketaatan dan
karena mengharap ridho Allah. Sebagaimana pula darah orang yang mati syahid
pada hari kiamat nanti, warnanya adalah warna darah, namun baunya adalah bau
minyak kasturi.
Harumnya
bau mulut orang yang berpuasa di sisi Allah ini ada dua sebab:
[Pertama] Sebagaimana dijelaskan sebelumnya
bahwa puasa adalah rahasia antara seorang hamba dengan Allah di dunia. Ketika
di akhirat, Allah pun menampakkan amalan puasa ini sehingga makhluk pun tahu
bahwa dia adalah orang yang gemar berpuasa. Allah memberitahukan amalan puasa
yang dia lakukan di hadapan manusia lainnya karena dulu di dunia, dia berusaha
keras menyembunyikan amalan tersebut dari orang lain. Inilah bau mulut yang
harum yang dinampakkan oleh Allah di hari kiamat nanti karena amalan rahasia
yang dia lakukan.
[Kedua] Barangsiapa yang beribadah dan
mentaati Allah, selalu mengharap ridho Allah di dunia melalui amalan yang dia
lakukan, lalu muncul dari amalannya tersebut bekas yang tidak terasa enak bagi
jiwa di dunia, maka bekas seperti ini tidaklah dibenci di sisi Allah. Bahkan
bekas tersebut adalah sesuatu yang Allah cintai dan baik di sisi-Nya. Hal ini
dikarenakan bekas yang tidak terasa enak tersebut muncul karena melakukan
ketaatan dan mengharap ridho Allah. Oleh karena itu, Allah pun membalasnya
dengan memberikan bau harum pada mulutnya yang menyenangkan seluruh makhluk,
walaupun bau tersebut tidak terasa enak di sisi makluk ketika di dunia.
Inilah
beberapa keutamaan amalan puasa. Inilah yang akan diraih bagi seorang hamba
yang melaksanakan amalan puasa yang wajib di bulan Ramadhan maupun amalan puasa
yang sunnah dengan dilandasi keikhlasan dan selalu mengharap ridho Allah.
Semoga kita dapat meraih beberapa keutamaan di atas dari amalan puasa Ramadhan
yang kita lakukan nanti. Semoga Allah memberi kita selalu ilmu yang bermanfaat,
rizki yang thoyib dan amalan yang diterima. [Pembahasan ini disarikan dari Latho’if
Al Ma’arif, Ibnu Rajab Al Hambali, hal. 268-290, oleh Muhammad Abduh
Tuasikal]
At
Tauhid edisi V/32
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan isi